Connect with us

New Albums

Orang-Orang Piknik Telah Pulang, Kini Kita Sambut Album Menyedihkan dari Mati Di Saturnus

Dipublikasikan

pada

Mas’aril Muhtadin

Mas’aril Muhtadin mungkin bisa dibilang salah satu musisi yang paling produktif di Malang Raya. Bagaimana tidak, hanya dalam 2 tahun saja Mas’aril Muhtadin alias Mati di Saturnus sudah memproduksi album sophomore dari Balada Orang Orang Piknik yang rilis 2020 yaitu sebuah album berjudul Menyedihkan. Mengenyam asam garam kancah permusikan Malang Raya mulai dari Kabupaten hingga Kota, Mati Di Saturnus juga tidak mengerucutkan pendengarnya ke dalam koridor musik folk saja. Terinspirasi King Gizzard and The Lizard Wizard, Mati di Saturnus mengambil mazhab unfettered exploration, kreatifitasnya mengalir sak ngecrot e atau sekenanya. Tidak hanya folk, namun juga merambah slowcore, indie rock, ballad, post rock, itu pun secara tak sengaja. Mati di Saturnus tidak memiliki deskripsi aktual untuk mendeskripsikan musik-musiknya seperti yang ia percaya. Sehingga, para pendengar musik secara umum bisa menikmati karya-karyanya tanpa koridor yang mengikat

Musik adalah ritme panjang yang berjalan sejak kehidupan ini dimulai, dan saya baru saja memulainya,” jelas Aril

Salah satu senjata dari musik Mati di Saturnus adalah liriknya. Kebanyakan lirik dari Mati di Saturnus adalah berasal dari cerita fiktif yang diwarnai oleh ironi, paham teistik dan nihilistik secara bersamaan yang didapatkan dari renungan panjang seorang Aril. Hal ini juga masih diterapkan di album kedua Mati di Saturnus yang bertajuk Menyedihkan.

MenyedihkanDibandingkan dari album pertama Balada Orang-Orang Piknik (2020), album Menyedihkan ini terasa didominasi lagu-lagu yang bertema lebih gelap. Rilis pada bulan September 2023, album Menyedihkan ini Aril tulis sejak akhir tahun 2020 ketika dunia tengah dilanda pandemi. Namun untuk lagu-lagu album ini, ia rasa tak ada hubungannya dengan pandemi, karena Aril merasakan sendiri bahwa dia bukan orang yang terlalu cerdas untuk bersikap reaksioner. Dalam proses kreatifnya, Aril perlu waktu untuk menulis sebuah lagu, hingga dia mendapatkan sudut pandang sempurna untuk memandang suatu fenomena, dan itu bisa membutuhkan waktu yang cukup lama.

Apabila lagu-lagu yang saya tulis adalah sesuatu yang naif dan sembrono saya akan mencari cari pembenaran hingga saya menemukan pembenaran atas apa yang saya tulis, apabila saya tidak menemukan pembenaran itu maka tulisan itu akan saya buang saja. Saya pun tidak pernah benar benar mengkonsep secara kaku terhadap lagu lagu saya, semua mengalir begitu saja,” terang Aril

Untuk tema album Menyedihkan ini, Mati Di Saturnus mengambil hal-hal yang personal baginya. Sebagai contoh, di lagu pertama yang berjudul “Kata”, sebenarnya Aril menulis tentang inferioritas yang ia rasakan pribadi dalam mengungkapkan apa yang alam bawah sadarnya inginkan dengan hanya media kata-kata. Kata-kata pula yang menjadi salah satu penyebab Mati Di Saturnus bermusik, karena Aril merasa musik mampu menjadi bumbu yang pas untuk menyalurkan isi alam bawah sadarnya. Lagu “Kata” menggunakan tokoh fiktif sebagai subyek dalam lirik yang berusaha Aril gambarkan dalam lagu tersebut sebagai sosok yang sempurna sebagai pembanding dirinya yang ia sendiri rasa tak berdaya. Lagu “Kata” sendiri dalam proses kreatifnya, dikemas dalam lirik bertema ode.

Pada lagu lagu selanjutnya pun juga demikian, Mati di Saturnus menulis apa saja yang dia rasa membuat dia sedih, tentang kenyataan bahwa kondisi psikologis seseorang bisa menjadi membahayakan yang menjelma sebagai mata rantai kejahatan, tentang kisah menyedihkan seorang fanatik agama, tentang seseorang yang memiliki pergulatan batin dalam menentukan keputusan dalam berjabat tangan dengan rutinitas yang dianggapnya menyedihkan, tentang bagaimana kita bisa dibungkam dengan kabar kabar yang bersifat membodohkan, tentang seorang pemuda kesepian yang mengalami krisis diri yang tak kunjung terselesaikan, hingga tentang jeritan senyap bocah bocah korban pemerkosaan.

Walaupun telah menulis berderet lagu-lagu dalam album Menyedihkan, Aril masih merasa bahwa ia bukanlah seseorang yang memiliki cukup daya untuk bersikap elegan secara terus menerus. Kadangkala hal-hal yang tidak elegan itu dia ekspresikan ketika penderitaan yang dia rasakan telah melampaui batas ketahanan dirinya. Maka, album Menyedihkan ini sejatinya adalah untuk menutupi segala ketidak-elegan-an yang pernah dia lakukan sekaligus sebagai persembahan untuk proses meminta maaf dan memaafkan diri sendiri yang juga dia manifestasikan dalam lagu terakhir album ini yaitu berjudul “Sudahlah”. Sebuah wujud kerelaan dan keikhlasan yang juga menjadi langkah keluar dari cara pandang nihilisme yang selama ini ia jalani. Jadi, walaupun album Menyedihkan sebagai album kedua Mati di Saturnus terasa lebih depresif, namun masih ada resolusi di akhir album sebagai bentuk “berdamai dengan diri sendiri”.

Porsi nihilistik dalam album ini mungkin dalam setiap lagu bisa jadi dapat ditemukan dalam pesan tersiratnya, atau juga secara gamblang bisa merujuk pada lirik lagu “Bisikan” yang berbunyi “pasrah arus yang tak berarah” karena sangat lebih berat melawannya. Maka dari itu, menjadi pasrah lebih ringan untuk dijalani, dan “tak berarah” adalah representasi dari nihilistik itu sendiri, yang mana hidup ini tidak memiliki tujuan yang absolut. Ia penuh ketidakpastian dan tak ada yang abadi. Depresif mungkin iya, tapi dalam lagu terakhir saya berikan penekanan untuk merelakan yang sudah sudah dan mencari hal yang baru yang mewarnai jiwa agar diri kita menjadi berharga,” Jelas Aril

Dalam proses produksinya, selama 2 tahun ini, Mati di Saturnus merekam Menyedihkan di banyak studio yaitu di Studio Seni KKC, AA Studio, Haum Studio, dan Rama Studio. Sama seperti sebelumnya, walaupun dibantu beberapa teman seperti Adhe TP pada drum di trek 1,2,3,4,6 dan Rizky Gobel pada bass di trek 7, Mati di Saturnus sebagai proyek solo tetap menggarap sebagian besar produksi album Menyedihkan ini. Mulai dari menjadi executive producer, arranger, lead vocal, vocal 1/2, vocal harmonist, midi, sound effect, rhythm guitar, lead guitar, filler guitar, bass, drum, mixing & mastering masih bisa ia pegang semua. Untuk visual, Aril menyerahkan pengerjaan cover art pada Yusuf (Illustruth) yang juga pernah mengerjakan visual art dari Historia.id serta illustrator sampul buku versi Indonesia, Bersama Para Kamerad karya sastrawan India, Arundhati Roy.

Mati di Saturnus dengan album kedua bertajuk Menyedihkan sudah tersedia di platform-platform streaming musik pada tanggal 7 September 2023.

Berikan Komentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *