Connect with us

Gigs

Pentas Ulang Matinya Sang Maestro

Dipublikasikan

pada

Oleh

Pentas Matinya Sang Maestro, sukses digelar di Graha Bhakti Budaya Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta, pada tanggal 12-13 April 2014 lalu. Dalam dua hari pementasan tiket selalu sold out, terjual habis. Bahkan banyak (calon) penonton yang merasa kecewa karena tak bisa menyaksikan pertunjukan tersebut, dan berharap ada pementasan ulang.

Ada satu faktor yang membuat pertunjukan itu menarik perhatian, yakni tampilnya para maestro seni seperti Kartolo, Didik Nini Thowok, Marwoto hingga Djaduk Ferianto dalam satu panggung. Ini boleh dibilang kesempatan langka menyaksikan para maestro tersebut tampil dalam satu panggung pertunjukan. Ditambah pula tema lakon itu sendiri, yang dianggap mampu menggambarkan dan merefleksikan kisah kehidupan para maestro seni di tanah air saat ini. Dukungan semua pihak untuk kembali mementaskan lakon Matinya Sang Maestro itu, semoga semakin memperlihatkan tumbuhnya kesadaran untuk semakin memperhatikan nasib para maestro seni yang telah begitu tulus mengabdikan hidupnya pada dunia kebudayaan.

Antusiasme para penonton tersebut, bisa jadi mencerminkan rasa kepedulian mereka pula; bahwa mereka tidak sekedar menyaksikan sebuah pementasan, tetapi sekaligus ingin memberi kesaksian dan dukungan terhadap pencapaian kreatif para maestro tersebut. Sudah menjadi “gambaran umum” betapa di banyak daerah, nasib para maestro seni kita justru kurang mendapat apresiasi yang memadai. Banyak para maestro seni, yang telah memberikan seluruh cinta dan dedikasinya pada dunia seni yang ditekuninya, justru terlantar nasibnya. Sejak awal, pementasan Matinya Sang Maestro memang ingin mengingatkan kembali soal itu, agar semakin tumbuh kepedulian dan perhatian banyak pihak terhadap nasib para maestro seni kita. Kesenian memang menjadi lebih hidup dan mampu menumbuhkan perasaan bangga, bila tidak dilepaskan dari penghayatan pada hidup. Apalah arti berkesenian, bila terlepas dari kehidupan, begitu Rendra pernah menyatakan. Maka, ketika menyaksikan pertunjukan ini, kita tak hanya menyaksikan sebuah lakon, tetapi juga memperoleh kesempatan belajar dari para maestro yang telah membuktikan dirinya penuh pengabdian.

Program pementasan Indonesia Kita, yang rutin digelar sejak tahun 2010, memang sangat menaruh perhatian pada perkembangan seni kebudayaan. Program Indonesia Kita merupakan sebuah “forum seni dan budaya” yang percaya: bahwa seni budaya mampu menjadi jalan bagi kemajuan bangsa. Begitu banyak jargon perihal kebesaran bangsa, tetapi seringkali mengabaikan jalan kebudayaan untuk meraihnya. Menjadi Indonesia bukanlah sekedar cita- cita politis, tapi juga sebuah proses untuk terus tumbuh menjadi sebuah bangsa yang memiliki identitas kebudayaan. Melalui pentas ini, diharapkan akan menggugah banyak kalangan, lembaga atau institusi, juga masyarakat luas, untuk kembali menyadari jalan kebudayaan itu.

***

Pentas Ulang

MATINYA SANG MAESTRO

TIM KREATIF :
G. Djaduk Ferianto, Butet Kartaredjasa, Agus Noor

MUSIK:
Jakarta Street Music

PEMAIN:
Kartolo, Didik Nini Thowok, Marwoto, Djaduk Ferianto, Sruti Respati, Sapari, Yu Ning, Insan Nur Akbar Trio GAM (Gareng Rakasiwi, Joned, Wisben), dll

CERITA/SUTRADARA:
Agus Noor

PENATA ARTISTIK:
Ong Harry Wahyu

TEMPAT PERTUNJUKAN:
Graha Bhakti Budaya
Taman Ismail Marzuki, Jakarta

WAKTU PERTUNJUKAN
13-14 Mei 2014
Pukul 20.00 WIB

RESERVASI TIKET:
Telp. : 0838 9971 5725 / 0856 9342 7788 / 0857 1935 1935 / 021 9735 9735
Website : www.tamanismailmarzuki.com/tiket-tim dan www.kayan.co.id

pentas-ulang-sang-maestro

Berikan Komentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *