Connect with us

Featured

Tanpa Koma, Sebuah Eksplorasi Sisi Gelap Diiringi Nada-Nada Memikat oleh Monkey to Millionaire

Dipublikasikan

pada

Saat baru menyelesaikan album kedua mereka, Inertia, Monkey to Millionaire sudah tahu mau melakukan apa di album berikutnya. “Di Monkey to Millionaire kebiasaan kalau sehabis bikin album, sudah kepikiran yang berikutnya,” kata Wisnu Adji, vokalis, gitaris dan penulis lirik duo alternative rock asal Jakarta itu. “Jadi yang dipikirkan setelah Inertia, ya bikin album ketiga.”

Setelah jeda empat tahun sejak Inertia, akhirnya Monkey to Millionaire kembali juga pada Maret 2017 dengan Tanpa Koma, album ketiga tersebut dan juga album pertama yang mereka produksi serta edarkan sendiri di bawah bendera Binatang Records. Apa yang ada di pikiran Monkey to Millionaire untuk album ini? “Lebih ke penasaran: ‘Kalau bikin lagu syahdu, bisa nggak?’” kata Wisnu. “Tapi pada akhirnya, eksekusinya banyak juga lagu yang kencang, cuma nggak sekencang Inertia.”

Direkam mulai tahun 2015 di SAE Jakarta, Syaelendra Studio dan Studio Monyet – nama julukan untuk rumah Aghan Sudrajat, bassis Monkey to Millionaire – Tanpa Koma adalah “album yang proses produksinya paling ribet dibanding album-album sebelumnya,” kata Aghan, sahabat terdekat Wisnu dalam bermusik dan kehidupan sehari-hari sejak SMP. “Harus lewat tiga studio rekaman, dua mixing engineer yang berbeda, dan dua mastering engineer yang berbeda juga.”

Walau proses rekamannya memang berlika-liku, hasil akhirnya terdengar setimpal dengan sound yang terdengar kaya namun tidak berlebihan. Entah itu tembang seperti “Tular”, lagu pembuka bertempo cepat dengan permainan drum yang mengesankan oleh M. Rama Adibrata, maupun “Teduh Hari Ini”, yang menempatkan suara Wisnu seolah-olah sedang berbisik di telinga kita, kesepuluh lagu di Tanpa Koma sarat akan bunyi-bunyi yang memanjakan kuping.

Kalau di album-album sebelumnya lirik lagu Monkey to Millionaire ada yang berbahasa Indonesia maupun berbahasa Inggris, maka Tanpa Koma merupakan album pertama mereka yang sepenuhnya berisi lirik berbahasa Indonesia. Jika belum cukup jelas lewat lagu-lagu seperti “Replika” dan “Sepi Melaju”, Tanpa Koma semakin membuktikan kelas Wisnu sebagai pencipta lirik dengan karakter kuat dan sudut pandang unik. Namun kalau diminta untuk menjelaskan arti di balik liriknya, Wisnu hanya berkata, “Gue benar-benar nggak bisa banyak cerita, karena banyak persoalan internal. Makanya judulnya Tanpa Koma, karena persoalan internal itu nggak berhenti.”

Alhasil, Wisnu hanya bersedia memberi sedikit informasi tentang lagu-lagunya yang terinspirasi kisah nyata, baik yang dialaminya sendiri maupun yang terjadi di sekitarnya. Misalnya “Nista”, dengan bass line angker dari Aghan yang sesuai dengan lirik bercerita tentang seseorang yang mengkhianati keluarganya sampai rela meninggalkan anaknya sendiri. Atau “Malam Mangsa”, sebuah kisah tentang istri yang menelantarkan suami dan anaknya, dengan musik yang berawal pelan dan makin lama makin menggelegar. Bahkan “Mengetuk Hati Benalu” yang terdengar riang dengan gitar akustik dan koor vokal latar bercerita tentang rasa tidak senang saat ketemu teman lama.

Menyimak liriknya mungkin akan membuat kita berpikir Wisnu adalah orang yang mengidap depresi, namun menurutnya, “Gue nggak suka lirik lagu tentang kepositifan secara gamblang, karena nggak seru. Kalau senang, pasti kelihatan. Untuk apa ngomong sesuatu yang sudah kelihatan?” Cara observasi itulah yang dapat menghasilkan “Kekal”, lagu yang bercerita tentang orang yang pelan-pelan ditinggal sekitarnya. Tapi lain halnya dengan sang narator di lagu itu yang meratap, “Menuju ke mana dari sini, ku tanpa arah”, Wisnu tahu betul apa yang diinginkan untuk musiknya. “Sekarang sudah memikirkan album keempat!” katanya.

Tapi sebelum melangkah sejauh itu, silakan simak dulu Tanpa Koma, album ketiga Monkey to Millionaire yang merupakan eksplorasi sisi gelap yang diiringi nada-nada memikat. “Kalau gue beli album band, gue cuma mengharapkan lagunya enak,” kata Wisnu. “Nah, yang gue harapkan di album ini adalah semoga yang dengar merasa lagunya enak.”

Berikan Komentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *